Selasa, 26 Desember 2017

CERPEN


Assalamualkum,
  
         halooo kawan, kembali lagi di blog saya kaliini saya mebagian sebuah cerpen karya kakak saya. soalnya aku bingung mau bahas apa lagi di blogku ini. selamat membaca



TIBA-TIBA JADI PENYELAMAT
Achmad Baharudin
       Saat itu aku masi kelas XI. Kelas XI IPA 4, pada saat itu pelajaran yang tidak disukai oleh teman-teman yaitu pelajaran yang penuh oleh aturan. Pelajaran yang membuat suasana jadi tegang. Tulisan aja sampai harus warna-warni. Meja harus rata tertata rapi. Bagian pojok deket tembok tidak boleh menyender tembok. Hingga jaket yang bergantuk di kursi harus dimasukan di loker dan tidak lupa dengan minuman botol yang sering diletakkan diatas meja. Pelajaran kimia yang penuh agrenali.
       “Wii wiiii...”suara bel sudah terdengar. Dari kejauhan sudah terlihat guru yang sudah tidak asing lagi keberadaannya. “Woi gurune dah berjalan menuju kelas!” teriak Risma. Risma wanita yang criwis dari pedesaan yang harus disebutkan selalu diatas tempatnya yaitu Lerep.
       Guruku ini punya sebutan yang familiar yaitu Miss Perfect. “Ya selamat siang anak-anak” dengan senyumannya yang sangat membunuh, “Selamat siang, bu”. Suasana kelas tiba-tiba panik karena masih banyak jaket yang masih bergantungan. “Ya itu jaketnya dimasukan”. “Ya buu”. “Itu sampahnya dibawah diambili”. “Iya buu”. “Besok lagi kalau pelajaran saya itu harus dibersihkan dulu, itu yang piket ya piket”.
       “Kalo sudah pelajaran saya itu bukunya dibuka”. “Sudah buuu.....”. “sudah gimana itu bukunya masih manis belum dibuka”. Pelajaran pun langsung dimulai dengan menuruskan bab kemaren.
       “Kemaren sampai mana ya?” tanya guruku. “Kemaren maju kedepan bu terakhir”jawab salah temanku. “Oh iya kemaren maju menyebutkan judul pengertian keterangan dan lain-lain itu” ingat guruku.
       Teman-temanku pada gaduh takut jika maju termasuk aku. “Ya kemaren terakhir maju sampai nomer berapa?”. Semuanya hanya diam karena pada lupa. “Ya sudah kalo lupa diulangi dari awal”. Seketika aku merasa tegang, tetapi aku maju saja yaa biasa dengan kepedeanku.
       Aku maju menyebutkan pengertian judul semuanya dengan komplit. Semuanya yang kupikir selesai sampai situ ternyata guruku meminta untuk meberikan contoh soal. “Oh iya diberi sekalian contoh soalnya ya”. “Waduh” jawabku dalam hati.
       Teman-temanku yang melihat hanya melihat dan merasa senang karena serasa pelajaran hanya melihat kuang sengasara maju didepan. “Yaa itu ditulis dulu reaksinya”. Kutulis semua reaksinya sampe selesai. Ternyataada masalah dalam menulisan simbol massa. “Itu M nya kok kakinya 2 tok?itu M kecil” koreksi guruku. “Udah besar kakinya 3 buu”. Teman-temanku malah menertawakanku. Lalu kuhapus M nya dan ku ubah dengan yang besar.
       Sudah semua yang diinginkan oleh gurunya setelah menyebutkan dan memberi contoh. Ternyata tidak sampai situ masih ada membaca semua yang ditulis. Kata gurunya harus tahu yang ditulis itu. “Din, sekarang dibaca dari awal sampai akhir”. Temanku malah tambah gembira. “Yang lama, din”. Kubaca semua yang kutulis dipapan tulis tapi ya biasa dipersulit oleh guruku. Sampai tak terasa bel pulang pun berbunyi.
       “Wiii wiii wiii.....” bel berbunyi. “Ya Didin duduk lagi, loo tak terasa dah bel”. “Yuk berkemas”. “Woii penyelamatt....” ujar Fandy. “Asem ya fan susah maju gitu”. “Ayo siapkan berdoa ketua”. “Duduk siap gerak, berdoa mulai”.
       Seusai gurunya keluar aku malah di katain oleh teman-temanku penyelamat walaupun aku agak emosi dengan gurunya. Karena 2 jam pelajaran hampir aku maju didepan kelas. Tapi itu pengalaman yang takkan kulupa.
                
           Terimakasih sudah mampir ke blog saya semoga bermanfaat bagi pembaca, jumap lagi di blogku selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar